Minggu, Desember 30, 2012

Tren Hijabers Sbg Bagian dari Budaya Populer



 HIJABER'S COMMUNITY
 

 
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Manusia selalu mengalami perubahan-perubahan selama hidup baik secara individu maupun secara kolektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat. (Soekanto, 2006:259). Perubahan dalam berbagai macam sektor yang terjadi pada kelompok masyarakat disebut sebagai perubahan sosial. 
Perubahan sosial mencakup perubahan dalam berbagai sektor, salah satunya mode pakaian  (fashion). Fashion merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat di dunia, dengan berbagai macam jenis dan mode yang terus mengalami dinamika/perubahan. Mulai dari mode-mode yang berkiblat dari dunia timur sampai tren fashion yang diilhami bangsa Barat.
Mode sebagai bagian dari budaya popular, mengalami perkembangan yang cukup pesat ke seluruh dunia dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain media. Salah satu bentuk mode pakaian yang tengah popular saat ini adalah  tren hijab, yang tidak hanya booming di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Jilbab (hijab) tak hanya sekedar sebagai penutup kepala akan tetapi kini telah menjadi tren mode yang dapat dijangkau  semua lapisan masyarakat.
Tidak hanya tren fashion, lahirnya komunitas dengan basis budaya, kesukuan, etnik, hingga komunitas hobi, gaya hidup, serta komunitas fashion kini menjadi marak. Salah satunya munculnya komunitas hijabers yang menunjukkan contoh adanya kecenderungan pergeseran pada masyarakat postmodern untuk membentuk  komunitas yang sesuai dengan identitas dan pilihan pribadinya.
Fenomena atau tren hijabers mulai marak dalam beberapa tahun terakhir, karena itulah kami ingin membahas tentang tren hijabers sebagai bagian dari budaya popular yang tengah dianut oleh sebagian masyarakat postmodern.

1.2  Rumusan Masalah

·       Bagaimanakah definisi Hijab?
·       Bagaimana sejarah perkembangan Hijab?
·       Bagaimana fenomena Hijab saat ini?
·       Bagaimanakah dampak berkembangnya tren hijab?
1.3  Tujuan

·               Untuk mengetahui definisi Hijab.
·               Untuk mengetahui sejarah perkembangan Hijab.
·               Untuk mengetahui fenomena Hijab saat ini.
·     Untuk mengetahui dampak tren Hijab.


































BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hijab

Hijab atau ħijāb (bahasa Arab: حجاب ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang. Tetapi kata ini lebih sering mengarah pada kata "jilbab”.[1] Secara etimologis jilbab berasal dari bahasa arab jalaba yang berarti menghimpun atau membawa.[2]  Jamaknya jalaabiib, artinya pakaian yang lapang/luas .
Istilah jilbab digunakan pada negeri-negeri berpenduduk muslim lain sebagai jenis pakaian dengan penamaan berbeda-beda. Di Iran disebut chador, di India dan Pakistan disebut pardeh, di Libya milayat, di Irak abaya, di Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab.[3]
Di Indonesia, penggunaan kata "jilbab" digunakan secara luas sebagai busana kerudung yang menutupi sebagian kepala perempuan (rambut dan leher) yang dirangkai dengan baju yang menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki.
Namun, ada pendapat yang menyatakan Hijab berbeda dengan jilbab. Kalau hijab itu penutup keseluruhan. Artinya seluruh tubuh kita tertutup. Sedangkan jilbab hanya kerudung penutup kepala saja.              
Sedangkan istilah yang sedang nge-trend saat ini “Hijabers”, merupakan kata Hijab yang kemudian mendapatkankan imbuhan –ers yang dapat diartikan sebagai pemakai hijab. Dalam artikel lain kami mendapati kata “Hijabers lebih merujuk ke arah orang yang berjilbab dengan menggunakan beberapa mode jilbab yang terlihat bagus atau mode yang sedang nge-trend saaat ini. Dan pada akhirnya Hijabers dapat diartikan sebagai suatu cara berhijab yang Fashionable, nyaman dan Stylish tetapi tetap Syar'i. Sedangkan Hijabers Community adalah forum perkumpulan para pemakai hijab.[4]
2.2  Sejarah Hijab

Hijab yang kini telah menjadi trend fashion tersendiri memiliki sejarah yang cukup panjang. Jika ditarik beberapa tahun ke belakang, terdapat berbagai kasus tentang larangan pemakaian jilbab/hijab yang banyak terjadi di negara-negara sekuler. Bahkan pada dekade 80-an, di Indonesia juga terjadi kasus serupa. Dimana keputusan diperbolehkannya penggunaan jilbab baru terjadi setelah turunnya SK Dirjen Dikdasmen No.100/C/Kep/D/1991 tentang pakaian sekolah yang mengijinkan para siswi muslim mengenakan jilbab ke sekolah.[5]
Jika kita menilik sejarah jilbab dunia,yang melintasi berbagai agama,Menurut Eipstein, seperti dikutip Nasaruddin Umar dalam tulisannya, hijâb sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani / Kristen). Bahkan Nasaruddin Umar menyebutkan bahwa pakaian yang menutupi kepala dan tubuh wanita itu sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria. (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab bahkan sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria. [6]

2.2.1 Tradisi Hijab Semua Agama
1. Islam
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Ahzab :59).
Dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 59 telah dijelaskan tentang kewajiban menggunakan hijab sebagai identitas bagi para wanita muslim dan untuk melindungi dir
2. Kristen
Dalam Kristen dan Katolik, pakaian semacam  jilbab selalu digunakan oleh para Biarawati dan para Suster sebagaimana tercantum dalam Bible tentang perintah menutup kepala bagi wanita ketika berdo’a sebagai bentuk kehormatan dan kemuliaan.
gal381209019.jpg








Gambar 1.1
Jilbab Para Biarawati
Sumber: http ://google-images/Kristen-biarawati/ diunduh 27 November 2012/02:00
3. Yahudi
Rabbi Rachel, salah satu Rabbi yang sangat dihormati oleh umat Yahudi juga selalu menggunakan penutup kepala dan longdress dalam kesehariannya, terutama pada saat memimpin prosesi keagamaan.
4. Budha
http://metafisis.files.wordpress.com/2009/12/kwan_yin.jpgDewi Kwan Im (Avalokitesvara Bodhisattva), yang dikenal sebagai Buddha dengan 20 ajaran welas asih, juga digambarkan memakai pakaian suci yang panjang menutup seluruh tubuh dengan kerudung berwarna putih menutup kepala.


                                        
Gambar 1.2
Dewi Kwan In
Sumber: http ://google-images/Kwan-In/ diunduh 27 November 2012/02:10

5. Hindu
Hal yang sama juga dilakukan dalam tradisi orang-orang India yang sebagian besar penganut ajaran Hindu. Pakaian yang panjang sampai menyentuh mata kaki dengan kerudung menutupi kepala adalah pakaian khas yang dipakai sehari-hari.
http://static.guim.co.uk/sys-images/Guardian/Pix/pictures/2009/4/16/1239876529985/Elections-in-India-Women--010.jpg













Gambar 1.2
Wanita Hindu di India
Sumber: http ://google-images/Hindu-hijab/ diunduh 27 November 2012/02:12

6. Orang-orang Eropa pada Abad Pertengahan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggj7_j0onN3ifk3lhlKprVKU6bJR0Nn34f5iE2YreCxkJSv6J-Y6D6dRkhddU_Zryq8Ulo0Z12VDcxkk0_yrQmOidO8a3usutWUpCdaPDl8kKVW5wG5u5AYb6cbgWNd1r501JyOxZlqKKT/s400/sophie_marceau.jpgSejak abad pertengahan,baik orang-orang borjuis dan kerabat kerajaan maupun rakyat biasa telah memakai pakaian panjang yang anggun dengan penutup kepala yang khas itu.[7]






2.3  Fenomena Hijab Saat Ini
2.3.1. Hijabers Community (HC)
Zaskia-Adya-Mecca.jpg401C6D77B9175965ED65527BFD151.jpgkerudung paris 2012.jpg







Text Box: Selebriti yang mempopulerkan Tren Hijab
 



Fenomena Pemakaian hijab di Indonesia dengan berbagai variasi mode hingga membentuk sebuah tren sebenarnya belum diketahui secara pasti kapan terjadinya di Indonesia. Tetapi dilihat dari perkembangannya, fenomena hijabers dimulai pada tahun 2010 dengan disertai dibentuknya sebuah komunitas yaitu Hijabers Community.






Hijabers Community atau Komunitas Hijabers Indonesia didirikan pada 27 November 2010 di Jakarta. Sekitar 30 perempuan dari berbagai latar belakang dan profesi berkumpul bersama demi berbagi visi untuk membentuk sebuah komunitas yang menampung berbagai kegiatan yang berkaitan dengan jilbab dan muslimah. Mereka berusaha menumbuhkan kecintaan terhadap islam melalui fashion. [8]
Hijabers Community tidak hanya berkembang di Jakarta, di beberapa kota besar di Indonesia, Contohnya Bandung Hijabers Community, Hijabers Surabaya, Hijabers Community, Solo Hijabers, Hijabers Palembang dan lain sebagainya.
Hijabers-Palembang2.jpg
 Komunitas Hijabers sudah memiliki banyak pengikut, dengan berbagai kegiatan seperti belajar make up, Tutorial Hijab, sharing seputar hijab, fotografi, dsb. 



IMG_4617.JPG









Text Box: Tutorial Hijab
 


hijab4.jpg










Text Box: Talk Show
 




2.3.2 Pandangan Masyarakat Post Modern
Postmodernism lahir karena konteks modernism sudah tak lagi dipandang tepat. Modernism dijelaskan sebagai karakter masyarakat barat sebagai dampak dari adanya revolusi Industri, sementara postmodernism adalah era pasca revolusi Industri. Masyarakat postmodern pun dapat disebut sebagai post-industrial society.[9]
Dominic Strinati (2011:336-342) menjelaskan bahwa Postmodernism memiliki beberapa cirri, antara lain :
·                    Kebuntuan Pemilahan antara Budaya dan Masyarakat
Postmodernism menguraikan lahirnya suatu tatanan sosial dimana media massa dan budaya popular sebagai unsure dominan pembentuk tatanan sosial masyarakat.
·                    Penekanan pada gaya dengan mengorbankan pada substansi
Masyarakat memandang gaya (nilai pencitraan atas suatu barang) lebih penting dari pada nilai fungsi atau kegunaaan suatu produk.
·       Kebuntuan pemilahan antara seni dan budaya popular
Seni memiliki kaitan erat dengan ekonomi. Sehingga iklan kini menjadi media yang cukup berpengaruh terhadap tingakt konsumsi masyarakat.dll.
Dominic Strinati (2011:336-342), Postmodernism menguraikan lahirnya suatu tatanan sosial tempat arti penting maupun kekuatan media massa dan budaya populer yang berarti kesemuanya mengatur dan membentuk segala macam hubungan sosial. gagasannya adalah bahwa tanda-tanda budaya populer maupun citra media semakin banyak mendominasi rasa realitas kita, maupun bagaimana kita mendefinisikan diri kita dan dunia sekitar kita. Media mengontruksikan rasa kita akan realitas sosial, maupun rasa kita sebagai bagian dari ini. Gagasan ini memperlihatkan masyarakat yang dijenuhkan oleh media. Masyarakat telah dimasukkan dalam media massa. Dalam konteks postmodern lebih sulit memilah antara ekonomi dan budaya populer.
Pada era ini masyarakat cenderung membentuk suatu komunitas yang bertujuan untuk mengenal dan memperkuat jati dirinya dalam masyarakat. biasanya komunitas itu terbentuk atas dasar memiliki interest , hobi , perasaan dan cita-cita yang sama.
Melihat konteks Indonesia, komunitas lebih banyak hadir sebagai cerminan diri serta  wadah aktuliasasi maupun hasrat diri. Lahirnya komunitas dengan basis budaya, kesukuan, etnik, hingga komunitas hobi, gaya hidup, serta komunitas fashion menjadi marak. Kecenderungan pergeseran dalam tinjauan masyarakat postmodern salah satunya adalah gerakan berbasis komunitas yang sesuai dengan identitas dan pilihan pribadi. Kelompok mana yang membuat mereka nyaman dan memberikan kepuasan psikologis yang  akan mereka ikuti.
Dalam hal ini, menghubungkan tinjauan postmodern dan perubahan masyarakat kami memfokuskan pada komunitas yang berbasis interest dan life style. Berkembangnya komunitas K-Pop, fashion bloggers, komunitas anime, sampai dengan komunitas Hiijabers menjadi tanda karakteristik manusia postmodern. Dalam konteks Indonesia tidak semua daerah telah masuk dalam karakteristik masyarakat ini, bahkan masih banyak wilayah Indonesia yang masih dalam kategori masyarakat agrikultur. Sebagian kota-kota besar yang metropolis serta cepat sekali perkembangannya masuk dalam kategori masyarakat postmodern ini sehingga komunitas berbasis interest dan lifestyle lahir, berkembang dan menjadi besar disana.
Baru-baru ini komunitas yang selalu hangat dan menjadi sorotan publik adalah komunitas jilbab kontemporer atau sering disebut “Hijabers”. Dalam beberapa tahun ini komunitas ini berkembang dan menjadi besar serta membuat sebuah tren baru dalam berkerudung bagi muslimah di Indonesia.
. Strinati (Bing Tedjo, 2007) mengemukakan bahwa budaya populer adalah budaya yang lahir atas kehendak media.Artinya, jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan.
hijabers com.pngDalam kaitannya dengan media komunikasi massa dan budaya popular, dapat diketahui diidentifikasi bahwa berkembangnya komunitas serta tren (mode) hijabers di seluruh pelosok dunia saat ini, tidak lain adalah sebagai dampak dari peran media.






           
                                                                                                                                              Dengan adanya media massa, sosial media, serta ikon tokoh hijabers seperti Dian Pelangi dkk serta myth seorang wanita muslim yang tetap menutup aurat namun stylish dan fashionable menjadi faktor saling mendorong langgeng dan berkembangnya fenomena atau tren hijabers hingga saat ini. Pergeseran nilai religiusitas, pertarungan makna, serta budaya konsumtif menjadi konsekuensi hal ini.
2.4 Dampak Tren Hijab
Berkembangnya fenomena tren fashion dan Komunitas Hijabers di seluruh dunia, terutama di Indonesia, memiliki dampak positif maupun negatif, antara lain :
(+) Dengan dibentuknya sebuah komunitas tersebut, pemakaian hijab sebagai penutup tubuh para perempuan muslim semakin banyak dan tren dimana-mana.
(+) Media dakwah sehingga pemakaian jilbab kini lebih menarik.
(+) Mencoba mengubah persepsi masyarakat yang menganggap hijab sebagai bentuk fashion yang tidak mengikuti tren mode
(+) Dibentuknya Komunitas Hijab sebagai upaya mempererat tali silaturrahmi antar sesama pengguna hijab
(-) Mengurangi esensi dari penggunaan hijab yang sesunguhnya.
(-) Dipandang sebagai salah satu produk kapitalisme (digunakan sebagai ajang bisnis) (ekonomi)
(-) Menimbulkan kesenjangan sosial mengingat jenis-jenis hijab yang ada tidak dapat dijangkau oleh semua kalangan (sosial) dsb.



     










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

















DAFTAR PUSTAKA


[2] Prasetia, Heru. "Pakaian, Gaya, dan Identitas Perempuan Islam". Identitas Perempuan Indonesia: Status, Pergeseran Relasi Gender, dan Perjuangan Ekonomi Politik. Desantara Foundation. Depok. November 2010.
[4] Ibid.
[5] http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/28/kisah-selembar-jilbab/ diunduh pada tanggal 25 November 2012/ 15:42.
[6] http://Kompasiana.com/sejarah-hijab/ diunduh tanggal 25 November 2012/ 15:30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar